Wednesday, December 14, 2011

Ini Dia Zat Aktif dalam Obat Batuk


TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Penyakit batuk kerapkali muncul bersamaan dengan flu. Karenanya, obat-obatan yang dijual bebas pada umumnya mengandung kombinasi beberapa bahan untuk meredakan batuk sekaligus.
Tak ada salahnya Anda mengenali kombinasi bahan-bahan untuk meredakan batuk:
Analgesik-antipiretik.
Fungsinya untuk meredakan sakit kepala, nyeri otot, serta menurunkan demam. Contoh: paracetamol, ibuprofen.
Antitusif.
Bermanfaat untuk menghentikan batuk kering. Contoh: dextromethorpan.
Ekspektoran.
Berfungsi mengencerkan dahak sehingga mudah dikeluarkan. Contoh : gliseril guaikolat (gauifenesin).
Dekongestan Oral.
Bermanfaat melegakan hidung tersumbat. Contoh: pseudoephedrine, phenylephrine. Dekongestan berbahan tertentu seperti phenylpropanolamine tidak dianjurkan untuk penderita hipertensi atau yang berpotensi mengalami stroke.
Antihistamin.
Bermanfaat menghentikan bersin dan aliran lendir pada hidung. Contoh: chlorpheniramine maleate (CTM), loratadine, promethazine. (Sumber: Sehatnews.com)



Awas! Pagi dan Sore Hari Nyamuk Pembawa Virus DB Beraksi



TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Perilaku menggigit nyamuk Aedes Aegypty dan Aedes Albopictus, penyebab penyakit demam berdarah ternyata bervariasi di setiap wilayah. Ini tergantung pola kehidupan juga kondisi wilayahnya.

Contoh jenis nyamuk yang sering mengisap darah manusia

"Aktif nyamuk menggigit memang sejak matahari muncul hingga terbenam. Tapi jam aktivitas tinggi pukul 8-11 dan pukul 15-17 atau alami ritme," ungkap pakar Entomologi dari Institut Pertanian Bogor, Dr drh Upik Kesumawati Hadi, MS dalam kampanye Awas DB di SDN 05, 07 Bendungan Hilir Jakarta Pusat, Rabu (14/12/2011).
"Untuk di Jakarta puncak gigitan nyamuk terfokus pukul 08.00-09.00 WIB serta pukul 15.00-16.00," tambahnya.
Masyarakat acapkali melupakan bahwa masih terdapat bahaya demam berdarah ketika beraktivitas di luar rumah seperti sekolah, kantor maupun pusat perbelanjaan.
"Meski demikian, pada dasarnya nyamuk bisa menyerang kapan saja, dimana saja, kepada siapa saja, balita hingga orang tua tanpa pandang bulu," ungkapnya.
Keberhasilan pencegahan demam berdarah memerlukan gerakan bersama semua elemen masyarakat dan pemerintah.
Direktur Marketing PT Johnson Home Hygiene Products (JHHP), Harajati Natawiria mengatakan, pihaknya memberikan edukasi Awas DB ini kepada 250 sekolah dasar di Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya dan Medan mulai Januari-Juni 2012.
"Kampanye ini untuk mengingatkan masyarakat bahwa ada waktu dua kali dalam sehari yang merupakan waktu puncak nyamuk Aedes aegypti," ungkapnya.


Monday, December 12, 2011

Mengapa Tubuh Berkeringat Saat Demam?

TRIBUNNEWS.COM - Saat tubuh kita tidak fit alias demam, terkadang tubuh menjadi berkeringat. Bahkan volume keringat yang keluar malah lebih banyak dibandingkan dengan hari-hari biasa saat tubuh kita sehat.
Tahukah Anda mengapa kita berkeringat saat sedang demam? Berkeringat merupakan cara tubuh untuk membangunkan sistem imun agar melawan patogen yang membuat kita sakit.
"Pengeluaran keringat merupakan cara tubuh menyembuhkan dirinya sendiri," kata Christian Nix, ahli pengobatan tradisional Cina.
Mekanisme yang sama, terjadi saat kita berolahraga atau berada di tempat panas. Selain merangsang metabolisme untuk menjaga berat badan, karena tubuh akan membakar kalori lebih banyak tapi juga hal ini akan merangsang sistem imun.
Menyembuhkan
Jika keringat yang keluar dari tubuh Anda setelah berolahraga sangat banyak, maka risiko Anda menderita asma lebih rendah. Demikian kesimpulan penelitian yang dilakukan tim dari University of Michigan.
Meski belum jelas benar kaitan antara keringat dan asma, namun para peneliti mengungkapkan pengaturan keringat di dalam tubuh juga terkait dengan pengaturan jumlah air yang dikeluarkan melalui saluran napas. Dengan kata lain, orang yang jarang berkeringat pada umumnya memiliki saluran napas lebih kering sehingga lebih rentan menderita asma.
Membuang racun
Penelitian menunjukkan keringat mengandung berbagai komponen, termasuk metal beracun dalam jumlah kecil. Karena itu berkeringat sering disebut juga sebagai detoksikan. Dengan jumlah kelenjar keringat sampai 5 juta di kulit manusia, tak heran jika berkeringat merupakan mekanisme pembuangan racun dari tubuh.
"Toksin yang dibuang lewat keringat biasanya adalah toksin yang berada jauh di bawah kulit. Mereka keluar melalui pori bersama dengan debu dan minyak yang terperangkap. Proses pembersihan ini akan meningkatkan sistem imun dan membantu tubuh melawan flu," kata Kara Rogers, editor biomedical Encylopaedia Britannica.


Berapa Banyak Serat yang Harus Dikonsumsi?

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Serat yang berasal dari makanan utuh disebut serat makanan. Sedangkan serat yang dijual dalam bentuk suplemen, atau ditambahkan ke makanan, disebut serat fungsional.
Pola makan yang kaya sayuran dan buah-buahan mampu menghambat penuaan pada tubuh.


Nah seberapa banyakkah serat yang seharusnya dikonsumsi? Institute of Medicine telah menetapkan rekomendasi asupan serat total terkait usia dan jenis kelamin.
Berikut jumlah serat yang sebaiknya dikonsumsi oleh tubuh kita:
Anak usia 1-3 tahun : 19 gram/hari
Anak usia 4-8 tahun : 25 gram/hari
Perempuan:
19-18 tahun: 26 gram/hari
19-50 tahun: 25 gram/hari
51 tahun ke atas: 21 gram/hari
ibu hamil: 28 gram/hari
ibu menyusui: 29 gram/hari
Pria:
9-13 tahun: 31 gram/hari
14-50 tahun: 38 gram/hari
51 tahun ke atas: 30 gram/hari
Sedangkan sumber terbaik dari serat larut, diantaranya terdapat pada:
* Oatmeal
* Apel, buah jeruk, dan stroberi
* Kacang, kacang polong, dan lentil
* Barley
* Dedak beras
Sumber serat tidak larut adalah:
* Sereal brans
* Biji-bijian, seperti barley
* Roti gandum, sereal gandum, dan dedak gandum
* Sayuran: wortel, bit, dan kembang kol


Saturday, December 10, 2011

Memahami Osteoporosis

KOMPAS.com - Osteoporosis, penyakit kerapuhan tulang yang bisa menyebabkan tulang patah, kini makin banyak diderita orang berusia produktif. Padahal sebenarnya penyakit ini bisa dicegah dengan menjalankan pola hidup yang sehat, salah satunya mencukupi kebutuhan kalsium dan vitamin D.

Ilustrasi

Kunci untuk mencegah penyakit osteoporosis adalah memahami fakta yang benar. Felicia Cosman, MD, profesor kedokteran klinis dari Columbia University, dan Richard S. Bockman, MD, PhD, kepala pelayanan endokrin dari Weill Cornell Medical College, akan mengungkap secara terpisah soal mitos dan fakta tentang osteoporosis:

1. Mitos: Anda tahu akan mengalami osteoporosis karena rasa sakit yang dirasakan di tulang
Faktanya: Kerusakan awal pada tulang terkait osteoporosis biasanya tidak menimbulkan suatu gejala. Seseorang akan merasa dirinya baik-baik saja sampai akhirnya mengalami patah tulang tak terduga atau kesulitan berdiri. Kabar baiknya, saat ini sudah tersedia alat untuk mengukur kepadatan tulang sehingga pengobatan dapat diberikan lebih awal untuk hasil terbaik.

2. Mitos: Hanya orang tua yang berisiko osteoporosis
Faktanya: Meskipun risiko fraktur (patah) tulang baru muncul di kemudian hari, namun 80 persen risiko osteoporosis disebabkan karena pengaruh faktor genetik. Meski begitu, tidak ada kata terlambat untuk memulai memelihara kesehatan tulang, terutama jika Anda memiliki riwayat keluarga osteoporosis. Untuk menjaga tulang tetap sehat, cukupilah kebutuhan kalsium dan vitamin D melalui makanan dan paparan sinar matahari. Dukung dengan olahraga sesering mungkin dan menghindari merokok dan konsumsi alkohol yang berlebihan.

3. Mitos: Osteoporosis tidak seserius penyakit lain seperti jantung dan kanker.
Faktanya: Osteoporosis dapat mematikan. Dampak kecil dari patah tulang dapat memicu berbagai masalah kesehatan, termasuk gangguan neurologis (saraf), kardiovaskuler dan bahkan psikologis. Rasa nyeri berkelanjutan dan terbatasnya ruang gerak akibat patah tulang dapat mengurangi kualitas hidup seseorang. Hanya 15 persen dari orang tua korban patah tulang yang dapat terus bertahan dan mandiri.

4. Mitos: Pria tidak mengalami osteoporosis
Faktanya: Para pria umumnya memiliki kondisi tulang yang lebih kuat dan kecil kemungkinan untuk mengalami patah tulang ketimbang perempuan. Namun rendahnya tingkat testosteron dan estrogen, bisa membuat pria tua rentan terhadap patah tulang.

5. Mitos: Semua orang sama-sama berisiko osteoporosis seiring bertambahnya usia
Faktanya: Risiko osteoporosis lebih tinggi pada mereka yang berbadan kurus dan berkulit putih (ras Kaukasia). Risiko lebih besar juga ada pada perempuan dengan tingkat estrogen lebih rendah atau mengalami menopause dini. Bahkan pada beberapa orang yang menjalani terapi hormon untuk mengobati kanker tertentu - seperti payudara dan prostat - juga dapat meningkatkan risiko ini.

6. Mitos: Mustahil untuk mengembalikan tulang yang sudah keropos
Faktanya: Sangat mungkin untuk menghentikan atau membalikkan keropos tulang. Beberapa penelitian dalam pengobatan osteoporosis telah dilakukan selama 10-15 tahun terakhir. Pengobatan jangka pendek dengan anti-resorptive (terapi penggantian hormon) dapat membantu mempertahankan massa tulang yang ada. Bahkan beberapa agen baru dapat membangun terbentuknya tulang sehingga membantu Anda untuk bisa terus menapakkan kaki di tanah selama mungkin.



Friday, December 9, 2011

Jangan Terlalu Sering Berikan Teh Pada Bayi

TRIBUNNEWS.COM - Banyak ibu-ibu yang memberikan minuman di luar susu seperti teh. Bolehkah diberikan? Berapa takaran yang pas?
Dr Amran Harun SpA, Spesialis Anak RS Graha Husada Bandar Lampung mengatakan minuman bayi ada dua macam: minuman sedap-sedapan dan minuman bergizi. Teh manis masuk kedalam minuman sedap-sedapan. Mengandung kalori yang sangat kecil dan jauh dari kebutuhan bagi tubuh bayi. Sedangkan minuman bergizi,  susu.
"Karena itu, minuman sedap-sedapan hanya diberikan dalam sesekali saja karena bukan kebutuhan utama. Misalnya, saat dalam perjalanan jarak jauh," jelas Amran.
Kebutuhan utamanya tetap susu dan makanan pendamping lainnya. Agar kebutuhan nutrisi dan gizinya terpenuhi.



Thursday, December 8, 2011

Benarkah Lari Maraton Bisa Merusak Jantung?


TRIBUNNEWS.COM - Melakukan aktivitas fisik (olahraga) secara teratur adalah cara terbaik dalam menjaga agar tubuh tetap dalam kondisi fit. Namun tidak semua jenis olahraga baik untuk kesehatan. Ada beberapa jenis olahraga yang tampaknya harus Anda waspadai karena justru bisa berdampak buruk buat kesehatan.

Sebuah riset terbaru mengklaim, orang yang secara teratur mengambil bagian dalam program latihan ketahanan ekstrem seperti maraton, triathlon dan sepeda gunung berisiko mengalami kerusakan jantung.

Sebuah riset terbaru mengklaim, orang yang secara teratur mengambil bagian dalam program latihan ketahanan ekstrem seperti maraton, triathlon dan sepeda gunung berisiko mengalami kerusakan jantung.
Para peneliti dari University of Melbourne di Australia telah mengamati 40 atlet yang semuanya mengambil bagian dalam kegiatan kompetitif (latihan ketahanan). Peneliti menemukan bahwa para atlet yang sering melakukan latihan ketahanan cenderung menunjukkan tanda-tanda kerusakan di ventrikel kanan jantung.
Mereka juga menemukan kerusakan pada jantung akan terjadi setelah para atlet melakukan perlombaan marathon seminggu penuh. Bahkan, lima dari 40 atlet tersebut (13 persen) menunjukkan tanda-tanda kerusakan yang lebih permanen, seperti jaringan parut atau 'fibrosis' pada otot jantung.
Temuan ini diterbitkan dalam European Heart Journal. Peneliti berkesimpulan bahwa beberapa atlet mungkin akan mengalami risiko kerusakan pada jantung jika mereka melakukan latihan ketahanan tersebut dalam jangka waktu yang panjang, menurut Dr Andre La Gerche.
"Hal terpenting yang harus dipahami adalah temuan ini tidak bermaksud menyimpulkan bahwa latihan ketahanan fisik itu tidak sehat. Karena data kami tidak cukup mendukung premis ini," jelas Dr Andre.
"Sebagai analogi, beberapa pemain tenis umumnya berisiko mengalami cidera pada siku mereka. Tetapi ini tidak berarti bahwa bermain tenis buruk bagi kesehatan Anda. Temuan ini hanya mencoba mengidentifikasi area mana yang rentan mengalami gangguan untuk selanjutnya Anda dapat fokus pada langkah-langkah pengobatan dan pencegahan," tambahnya. (Sumber: Kompas.com)